Lambang burung
Garuda Pancasila diprakarsai oleh M. Yamin, Ki Hajar Dewantoro dan
ditetapkan oleh Soekarno. Jelas ketiganya merupakan anggota theosofi.
Burung Garuda
sejatinya tidak pernah ada di dunia ini, bahkan lambang burung garuda
ini di duga kuat merupakan lambang paganis yang terinspirasi dari
lambang dewa Horus sebagai kepercayaan rakyat mesir yang dipercaya
hidup pada 3000 SM. Zionis Yahudi memang kerap menandai suatu Negara
yang berada di bawah pengaruhnya dengan lambang burung, dan itu bisa
kita lihat seperti Negara Amerika Serikat.
==================
Lambang Garuda dan Dewa Horus
Ada kemiripan antar keduanya, apakah ini kebetulan?
FAKTA SEJARAH PANCASILA
Pertama,
Pancasila sendiri merupakan Ideologi dan dasar negara Republik
Indonesia. Kata Pancasila berasal dari dua buah kata dari bahasa
sansekerta yaitu Panca berarti lima dan Sila yang berarti dasar.
Garuda adalah
adaptasi dari Garida yang dalam mitologi Hindu India berbentuk manusia
berwarna emas, berwajah putih, berparuh dan bersayap merah.
Diperkirakan sosok ini adalah adaptasi Hindu terhadap Dewa Ra/Bennu
dalam mitologi Mesir kuno (DEWA HORUS). Garuda juga banyak kesamaan
dengan mitologi Pha Krut (Thailand), Rukh (Arab), Simurgh (Persia),
Thunderbird (Indian), Vurumahery (Madagaskar) dan Phoenix (Yunani Kuno).
Di Indonesia
mitologi Garuda sudah ada sejak abad ke-6 dengan digunakannya Garuda
sebagai lambang pada Kerajaan Mataram Kuno (Garudamukha), Kerajaan
Kedah (Garudagaragasi), Kerajaan Sumatera dan Kerajaan Sintang
Kalimantan. Dalam Kesusastraan (pewayangan) Garuda yang disebut Garudeya
dikenal sebagai kendaraan Bathara Kresna/Dewa Wisnu sebagai dewa
pencipta dan pemelihara. Selain itu di beberapa candi juga terdapat
artefak bermotif Garuda seperti pada candi Prambanan, candi Belahan,
Candi Kidal, Candi Kedaton dan Candi Sukuh. Jadi simbol Garuda
Pancasila sebenarnya terselip ajaran Paganisme Hindu yang jika ditarik
kebelakang berasal dari ajaran Mesir Kuno yaitu Thagut Fir'aun dan
dibawa keseluruh dunia oleh para Freemason/Laskar Iblis.
Kedua, Fakta
yang cukup mencengangkan. Dikatakan bahwa kaum-kaum pagan dari zaman
dulu selalu melembagakan keyakinannya secara nyata dalam bentuk negara
atau pemerintahan dan membuat lambang-lambang dari bentuk burung
sebagai lambang negaranya.
PANCASILA terinspirasi dari kitab Talmud ??
Sebagai gerakan zionisme internasional, freemasonry memiliki doktrin Khams Qanun yang diilhami Kitab Talmud. Yaitu,:
1.monoteisme (ketuhanan yang maha esa),
2. nasionalisme (berbangsa, berbahasa, dan bertanah air satu Yahudi),
3. humanisme (kemanusiaan yang adil dan beradab bagi Yahudi),
4. demokrasi (dengan cahaya talmud suara terbanyak adalah suara tuhan),
5. dan sosialisme (keadilan sosial bagi setiap orang Yahudi). (Syer Talmud Qaballa XI:45).
JAWABAN ATAS SYUBHAT SILA PERTAMA “KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Di antara kaum
muslimin ada yang menjadikan argumentasi sila pertama tersebut di atas
sebagai dalil bahwa negeri ini adalah negeri muslim berasaskan tauhid,
benarkah demikian?
1. Seseorang
disebut sebagai muwahhid jika ia menjadikan Allah saja satu-satunya
sebagai ilah. Dalilnya begitu banyak diantaranya:
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, (Q.S. Al-Ikhlas : 1)
Adapun sila
pertama di atas adalah bentuk monotheisme yang sungguh berbeda dengan
tauhid karena tauhid secara definitive menjadikan Allah sebagai
satu-satunya ilah. Sedangkan monotheisme tidak, ia menyadarkan
ketuhanannya kepada siapa saja asalkan jumlah tuhannya satu/esa. Contoh
bukankah Fir’aun juga menjadikan dirinya Tuhan satu-satunya yang
mengharuskan penduduknya menyembah kepadanya? Maka ini bisa disebut
sebagai monotheisme.
2. Pidato Soekarno berikut ini mempertegas argumentasi di atas:
Prinsip yang
kelima hendaknya: Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia
bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan.
Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al
Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhamad s.a.w, orang
Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya.
Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia
ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan
cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya “ber-Tuhan secara
kebudayaan”, yakni dengan tiada “egoisme-agama”.
Perhatikan
statement nyeleneh Soekarno pada kalimat yang bertanda kutip, untuk
lebih memperjelas apa maksud sila ketuhanan tersebut yakni “ber-Tuhan
secara kebudayaan”
3. KH. Firdaus AN salah seorang saksi sejarah menulis dalam bukunya, Dosa-dosa Politik Orde Lama dan Orde Baru sbb:
Ketuhanan adalah kata imbuhan dengan awalan “ke” dan akhiran “an.” Kata yang seperti itu ada dua arti.
Pertama, berarti
menderita. Seperti kedinginan ,menderita dingin; kepanasan, menderita
panas. Kehausan, menderita haus, dan sebagainya.
Kedua, berarti
banyak. Ketumbuhan, banyak yang tumbuh, seperti penyakit campak atau
cacar yang tumbuh di badan seseorang. Kepulauan, banyak pulau;
Ketuhanan, berarti banyak Tuhan. Jadi kata Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah Contradictio in Terminis (Pertentangan dalam tubuh kata-kata itu
sendiri) Mana mungkin banyak Tuhan disebut yang maha esa. Dalam bahasa
Arab, itu disebut “Tanaqudh” (pertentangan awal dan akhir). Logika ini
jelas tidak sehat, bertentangan dengan kaidah ilmu bahasa. Jelaslah,
kata Ketuhanan itu syirik. Dan kalau yang dituju itu memang Tauhid, maka
rumusannya yang tepat adalah Pengabdian kepada Tuhan Allah Yang Maha
Esa. Padahal Presiden Soeharto sendiri menegaskan: “Jangan masukkan
nilai dari paham lain (Islam, Pen.) ke dalam Pancasila” (Kompas, 21 Mei
1991).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar